Hari itu komunitas City Lens mengadakan pameran kecil di galeri seni lokal. Setiap anggota diminta memilih dua foto terbaik mereka untuk dipajang. Davin, setelah bimbang berhari-hari, akhirnya memilih dua karya street photography yang menurutnya cukup aman—tanpa jejak Nadya.

Pameran berjalan lancar. Pengunjung berlalu-lalang, memuji karya para fotografer muda itu. Davin berdiri di sudut ruangan, mencoba menikmati suasana. Hingga tiba-tiba ia melihat Nadya berdiri di depan sebuah foto yang bukan miliknya—sebuah potret viral dari beberapa bulan lalu: “The Girl with the Contagious Smile”.

Davin membeku. Ia mengenali foto itu: Smile_17. Salah satu anggota komunitas, entah bagaimana, mendapatkan foto tersebut dari internet dan memutuskan untuk memajangnya sebagai bagian dari pameran.

Nadya memiringkan kepala, menatap lama foto itu. “Ini… aku,” gumamnya lirih, suaranya hampir tak terdengar.

Jantung Davin berpacu. Ia ingin berlari, ingin menarik foto itu dari dinding, tapi kakinya terasa terpaku. Beberapa anggota komunitas mendekat, salah satunya berkata, “Iya, itu foto yang sempat viral. Banyak yang bilang senyum kamu bikin mereka ikut bahagia.”

Nadya tersenyum canggung, lalu matanya bergerak menyapu kerumunan… dan berhenti tepat pada Davin. Tatapan itu menusuk, penuh tanya. Davin mencoba tersenyum, tetapi wajahnya terasa kaku.

Malam itu, Davin pulang dengan pikiran kacau. Rahasia yang selama ini ia sembunyikan kini berdiri di ambang terbongkar. Satu kesalahan kecil saja, dan Nadya akan tahu siapa yang pertama kali menangkap momen itu—dan mungkin juga tentang puluhan foto lain di folder Smile.

Di depan laptop, Davin menatap foto Smile_17 untuk waktu yang lama. Untuk pertama kalinya, rasa hangat yang biasanya muncul berganti dengan sesuatu yang menusuk: ketakutan kehilangan semuanya.

“Aku nggak bisa terus kayak gini,” bisiknya pada dirinya sendiri.