Beberapa minggu setelah “folder Smile” dihapus, hidup Davin terasa berbeda—lebih ringan.
Tidak ada lagi rahasia yang menghantui, tidak ada lagi rasa bersalah setiap kali bertemu Nadya. Namun, rasa candu itu belum benar-benar hilang; ia hanya berubah bentuk.
Suatu sore, komunitas City Lens kembali mengadakan photo walk. Davin berjalan beberapa langkah di belakang Nadya, melihatnya memotret dinding grafiti yang penuh warna. Nadya menoleh, senyum singkat menghiasi wajahnya ketika menyadari Davin sedang memperhatikannya.
Davin mengangkat kameranya, kali ini tanpa rasa bersalah. Klik.
Hasilnya menunjukkan Nadya yang tertawa lepas, cahaya senja memantul di matanya.
“Lihat deh,” katanya sambil menunjukkan hasil fotonya pada Nadya.
Nadya menatap layar, lalu tersenyum lebih lebar. “Ini… aku banget.”
Davin ikut tersenyum. Tidak ada lagi jarak antara dirinya dan subjek fotonya. Senyum itu bukan lagi milik rahasia, melainkan sesuatu yang Nadya berikan dengan sadar.
Malamnya, Davin membuka foto itu di laptopnya. Folder “Smile” sudah tidak ada, tapi foto baru ini berdiri sendiri—bukan sebagai pengganti, melainkan sebagai babak baru.
Candu itu tetap ada, pikirnya, tapi kini aku candu pada senyum yang bisa kulihat setiap hari tanpa rasa bersalah.