Kadang aku bertanya pada diriku sendiri,
“Kalau Fana tahu semua ini, apa yang akan ia lakukan?”
Apakah kau akan marah karena aku menyimpan sesuatu terlalu lama?
Atau justru tersenyum kecil, lalu berkata, “Kenapa tidak bilang sejak dulu?”
Tapi kalimat itu tidak akan pernah terjadi. Karena begitulah caranya cinta ini bekerja: ia tidak ingin membebanimu. Ia hanya ingin hidup dalam keheningan yang suci dan penuh makna.
Kalau kau tahu—bahwa selama ini aku menulis surat-surat tak bernama untukmu,
bahwa setiap kali kau tersenyum, dunia dalam diriku seperti menyala,
bahwa aku tak pernah sekalipun melewatkan menyebutmu dalam doaku…
…maukah kau tetap diam?
Ataukah kau akan menjauh perlahan, dengan tatapan kasihan, menganggap perasaanku sebagai sesuatu yang manis tapi merepotkan?
Aku takut, Fana.
Bukan takut kehilanganmu. Karena untuk kehilangan, seseorang harus terlebih dulu memilikinya.
Aku takut kehilangan ketenangan yang kudapat dari mencintaimu secara sembunyi-sembunyi.
Aku takut kalau semua yang kurasa ini tiba-tiba menjadi nyata—ia akan pecah seperti kaca, dan tak ada lagi yang bisa kusebut sebagai 'tempat pulang' di dalam diriku.
"Kau tahu, ada perasaan yang tidak ingin disampaikan. Bukan karena takut ditolak. Tapi karena takut merusak keindahan yang selama ini tumbuh dari jarak dan diam."
Aku pernah membayangkan bagaimana jika suatu hari kau membaca surat-surat ini.
Membaca setiap kata, setiap jeda, setiap bait yang kutulis diam-diam.
Apa kau akan menangis?
Apa kau akan merasa bersalah?
Atau justru tidak merasa apa-apa?
Itulah alasan kenapa surat-surat ini tetap kusimpan, tidak pernah kukirim.
Karena mungkin kau lebih bahagia tanpa tahu.
Karena mungkin bahagianya aku memang hanya bisa hidup dalam ketersembunyian.
Kebahagiaanmu, Fana, selalu lebih penting daripada rasa ingin tahuku.
Dan jika suatu hari takdir memainkan perannya—membuatmu menemukan semua ini tanpa aku sengaja memberikannya…
Aku hanya ingin satu hal:
Diamlah.
Tersenyumlah, lalu kembalilah ke hidupmu.
Anggap saja yang kau baca ini seperti hujan: tak bisa dicegah, tapi bisa kau nikmati sebentar, lalu dilupakan begitu reda.
"Aku menulis bukan untuk ditemukan. Aku mencintaimu bukan untuk dimiliki. Dan aku diam bukan karena tak ingin bicara, tapi karena kutahu, mencintaimu dari jauh adalah caraku menjaga jarak dari luka yang tak perlu."